Kemaren sore seorang ibu tergeletak pingsan akibat kecelakan motor di tengah jembatan layang Permata Hijau, muka dan jilbabnya dipenuhi darah, didekatnya berserakan makanan ta'jil puasa, beberapa orang lelaki bermotor menepi dan berusaha membantu ibu yang keliatannya seorang diri itu, seorang perempuan berjilbab keliatan sibuk dengen handphonenya. Jalanan macet, semua kendaraan yang lewat berhenti sebentar untuk melihat.
Salah satu dari lelaki berhelm mencoba menghentikan mobil yang lewat, si Ibu yang jadi korban harus segera dibawa ke RS, tapi tidak ada mobil yang mau berhenti, tanpa lelah dia berlari menghampiri tiap mobil yang lewat, tapi tidak ada satupun yang bersedia menepi. Sebuah taxi akhirnya membuka pintu dan membawa si ibu pergi.
Hhhhh......sesak dada saya melihat kejadian itu, terjadi benar2 didepan mata saya tanpa saya mampu berbuat apa2!!
Sepanjang jalan menuju rumah saya terus memikirkan, apakah saya akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan sopir2 mobil itu? tidak bersedia menolong membawa si ibu ke RS? Apakah mereka mengkhawatirkan biaya pengobatan? Ataukah takut dituduh sebagai tersangka penabrak jika mereka membawa korban ke RS? Kenapa saya tidak berbuat apa2?
Pada saat itu saya ngebonceng motor suami sehingga tidak mungkin kami mampu menolong membawa korban ke RS, tapi kemudian saya berpikir, apakah saya cuma bisa menolong kalo saya pas naik mobil? Bukankah saya bisa menemani korban ke RS menumpang taxi? Bukankah saya selalu ingin menjadi orang yang bermanfaat, tapi kenapa disaat ada cara untuk bisa bermanfaat tidak saya lakukan?
Semoga Allah mengampuni saya...
Jumat, September 19, 2008
Selasa, September 16, 2008
Berhentilah Berteriak
Cuma mo sharing email dari seorang teman...
Berhentilah berteriak..
Kali ini, saya ingin bercerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk apa? Kebisaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.
Inilah yang mereka lakukan, jadi tujuannya supaya pohon itu mati.
Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu.Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan, apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah ditumbangkan.
Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya. Akibatnya, dalam waktu panjang, makhluk hidup itu akan mati.
Nah, sekarang, apakah yang bisa kita pelajari dari kebiasaan penduduk primitif di kepulauan Solomon ini? Ooow, sangat berharga sekali! Yang jelas, ingatlah baik-baik bahwa setiap kali Anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang mematikan rohnya.
Pernahkah Anda berteriak pada anak Anda?
Ayo cepat!
Dasar lelet!
Bego banget sih! Begitu aja nggak bisa dikerjakan?
Jangan main-main disini!
Berisik!
Atau, mungkin Anda pun berteriak balik kepada pasangan hidup Anda karena Anda merasa sakit hati?
Saya nyesal kimpoi dengan orang seperti kamu tahu nggak diri!
Bodoh banget jadi laki/bini nggak bisa apa-apa!
Aduuuuh, perempuan / laki kampungan banget sih!?
Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya:
Stupid, soal mudah begitu aja nggak bisa! Kapan kamu jadi pinter?!
Atau seorang atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesal :
Eh tahu nggak?! Karyawan kayak kamu tuh kalo pergi aku nggak bakal nyesel!
Ada banyak yang bisa gantiin kamu!
Sial! Kerja gini nggak becus? Ngapain gue gaji elu?
Ingatlah! Setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan-lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.
Jadi, ketika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan mengenai apa yang Anda harapkan.
Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Teriakan, hanya kita berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan? Nah, tahukah Anda mengapa orang yang marah dan emosional, mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka hanya beberapa belas centimeter. Mudah menjelaskannya. Pada realitanya, meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati mereka begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak! Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh orang yang dimarahi karena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.
Jadi mulai sekarang ingatlah selalu. Jika kita tetap ingin roh pada orang yang kita sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Tapi, sebaliknya apabila Anda ingin segera membunuh roh orang lain ataupun roh hubungan Anda, selalulah berteriak. Hanya ada 2 kemungkinan balasan yang Anda akan terima. Anda akan semakin dijauhi. Ataupun Anda akan mendapatkan teriakan balik, sebagai balasannya.
Saatnya sekarang, kita coba ciptakan kehidupan yang damai, tanpa harus berteriak-teriak untuk mencapai tujuan kita
"Raka, maapin Bunda ya sayang"
Berhentilah berteriak..
Kali ini, saya ingin bercerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk apa? Kebisaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.
Inilah yang mereka lakukan, jadi tujuannya supaya pohon itu mati.
Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu.Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan, apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah ditumbangkan.
Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya. Akibatnya, dalam waktu panjang, makhluk hidup itu akan mati.
Nah, sekarang, apakah yang bisa kita pelajari dari kebiasaan penduduk primitif di kepulauan Solomon ini? Ooow, sangat berharga sekali! Yang jelas, ingatlah baik-baik bahwa setiap kali Anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang mematikan rohnya.
Pernahkah Anda berteriak pada anak Anda?
Ayo cepat!
Dasar lelet!
Bego banget sih! Begitu aja nggak bisa dikerjakan?
Jangan main-main disini!
Berisik!
Atau, mungkin Anda pun berteriak balik kepada pasangan hidup Anda karena Anda merasa sakit hati?
Saya nyesal kimpoi dengan orang seperti kamu tahu nggak diri!
Bodoh banget jadi laki/bini nggak bisa apa-apa!
Aduuuuh, perempuan / laki kampungan banget sih!?
Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya:
Stupid, soal mudah begitu aja nggak bisa! Kapan kamu jadi pinter?!
Atau seorang atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesal :
Eh tahu nggak?! Karyawan kayak kamu tuh kalo pergi aku nggak bakal nyesel!
Ada banyak yang bisa gantiin kamu!
Sial! Kerja gini nggak becus? Ngapain gue gaji elu?
Ingatlah! Setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan-lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.
Jadi, ketika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan mengenai apa yang Anda harapkan.
Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Teriakan, hanya kita berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan? Nah, tahukah Anda mengapa orang yang marah dan emosional, mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka hanya beberapa belas centimeter. Mudah menjelaskannya. Pada realitanya, meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati mereka begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak! Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh orang yang dimarahi karena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.
Jadi mulai sekarang ingatlah selalu. Jika kita tetap ingin roh pada orang yang kita sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Tapi, sebaliknya apabila Anda ingin segera membunuh roh orang lain ataupun roh hubungan Anda, selalulah berteriak. Hanya ada 2 kemungkinan balasan yang Anda akan terima. Anda akan semakin dijauhi. Ataupun Anda akan mendapatkan teriakan balik, sebagai balasannya.
Saatnya sekarang, kita coba ciptakan kehidupan yang damai, tanpa harus berteriak-teriak untuk mencapai tujuan kita
"Raka, maapin Bunda ya sayang"
Senin, September 15, 2008
tidak ada judul
Breaking News hari ini di MetroTV: 21 orang tewas di Pasuruan pada saat pembagian zakat sebesar Rp. 30rb/orang. Astagfirullohaladzim!!! Saya langsung menangis ngedenger berita ini. Mereka, warga masyarakat duafa yang antri ini kebanyakan adalah perempuan dan nenek2 untuk ngedapetin uang zakat yang "hanya" 30rb. Saya bener2 merasa "tertampar". Bagi orang lain, uang sebesar 30rb sungguh sangat besarnya sehingga mereka rela berdesak2an dan terinjak2 untuk ngedapetin ini, sementara saya, uang sejumlah itu mungkin hanya untuk biaya makan siang di luar kantor. Saya bener2 merasa tertohok, disaat saya sedang itung2an uang THR mau saya beliin apa aja (yang semuanya bersifat konsumtif duniawi), di bagian lain pulau ini, mereka berjuang untuk bisa ngedapetin uang 30rb!! Astagfirullohaladzim..... Allah bener2 "menegur" manusia dengan berbagai cara, bahwa saya harus selalu bersyukur, bahwa dari pendapatan yang saya miliki sebagiannya adalah hak orang miskin, bahwa masih banyak orang2 yang kekurangan disekeliling saya...
Tubuh saya bergetar membayangkan betapa egoisnya saya, betapa serakahnya saya, betapa tidak bersyukurnya saya...
Ya Allah, ampuni hamba, maafkan hamba....jadikan hamba orang yang selalu bersyukur pada-Mu ya Rab, tuntunlah hamba untuk selalu berbagi terhadap sesama, jadikan hamba orang yang bermanfaat. Amin.
Tubuh saya bergetar membayangkan betapa egoisnya saya, betapa serakahnya saya, betapa tidak bersyukurnya saya...
Ya Allah, ampuni hamba, maafkan hamba....jadikan hamba orang yang selalu bersyukur pada-Mu ya Rab, tuntunlah hamba untuk selalu berbagi terhadap sesama, jadikan hamba orang yang bermanfaat. Amin.
Label:
Renungan
Rabu, September 10, 2008
helppppppp.........
Temans,
Ada yang tau ga gmn cara ngerubah blog dari templet klasik ke templet baru (yg ada layoutnya)??
Bantuin duuunk.....:(
Ada yang tau ga gmn cara ngerubah blog dari templet klasik ke templet baru (yg ada layoutnya)??
Bantuin duuunk.....:(
Label:
Lain-lain
Rabu, September 03, 2008
Ramadhan Macret
Selama Ramadhan ini, jam kerja di kantor saya mulai jam 8 - 16.30 (biasanya 8.30 - 17.30, tapi saya selalu pulang 1/2 7an). Jadi saya manfaatin bener momen ini untuk bisa pulang selagi matahari masih b'sinar, -dari dulu selalu pulang pas udah gelap-, supaya bisa bukber di rumah ma keluarga en teraweh (kalo memungkinkan).
Kemaren saya dijemput A'a jam 17.45 dan meluncurlah kita pulang menuju keb-lama lewat jl.panjang-permata ijo-keby. Baru aja nyampe di turunan jembatan kebon jeruk, which is masih deket kedoya, udah macet, tapi emang biasanya karena selama Ramadhan di sepanjang jalan relasi banyak tukang jualan cemilan buka puasa, tapi ternyata semalem tuh engga, macet terus sampe lampu merah pos pengumben, Alhamdulillah kita naik motor jadi bisa nyelip sana sini, akhirnya buka puasa kita mampir ke tukang teh botol pinggir jalan en minum sebotol be2,-maksudnya bukan biar keliatan mesra, tapi niatnya cuma buat ngebatalin aja, bentar lagi cuma nyampe rumah-, udah gitu, tebotnya yang bisanya harganya 2rb jadi 3rb, hiks, hukum ekonomi kali ya, banyak permintaan harga juga naik. Tapi emang, sepanjang jalan (bukan kenangan) warung2 tebot dipenuhin orang yang pada buka, motor2 berjejel ditrotoar, saya sempet bilang sama si A'a, seneng juga yah masih banyak orang yang puasa, Alhamdulillah.
Nah, kembali ke macet, ternyata kemacetan berlanjut terus sampe lampu merah RS Medika Permata Hijau, saya pikir apa karena traffic lightnya mati ato ada kecelakan ato apa gitu, karena emang parah banget, sampe motor2 aja ga bisa b'gerak! Pas di lampu merah, si A'a belok kiri, critanya mo puter balik depan RSMPH trus belok kiri lagi, ternyata biangnya macet tuh disini! Kendaraan dari arah palmerah menuju keby yang harusnya berenti karena lampu merah ternyata jalan terus dan ini tentu aja ngalangin kendaraan dari arah jl. panjang ke permata ijo! begitu juga arah p. ijo-jl.panjang, Astagfirullah....Sadar ga sih mereka bahwa ulah mereka ini bikin susah semua orang! Gemes deh, apa karena laper trus jadi buas gini?
Berhasil ngelewatin lampu merah ini, saya lanjut dan Alhamdulillah lancar karena semua ketahan di situ. Ternyata di lampu merah depan ITC p.ijo kejadian sama! Kendaraan2 dari semua arah ga ada yang meduliin traffic light yang nyata2 nyala! asli semrawut banget di perempatan situ, saya ga liat ada polisi juga di tiap perempatan yang saya lewatin, mungkin lagi pada buka puasa juga kali. Akhirnya asa beberapa orang yang turun dari kendaraannya dan ikut ngatur traffic.
Macet yang ini yang paling parah karena mulai dari perempatan itc sampe keby dan arah sebaliknya macet panjaaaaaaaaaang!!!! Sekali lagi Alhamdulillah kita bisa nyelap nyelip diantara mobil2, saya sempet mikir, mereka dah pada buka belom ya, karena saya liat ga ada asongan yang jual minum gitu,jadi kepikir mo buka stand, hehehe....
Pelajaran yang bisa diambil:
1. Selalu sediain minuman en cemilan di mobil ya
2. di Jakarta emang enak naik motor kalo weekdays, pas jalan2 ma anak di weekend baru naik mobil (kaya saya, hehehe...)
Penting ga sih pelajarannya?
Kemaren saya dijemput A'a jam 17.45 dan meluncurlah kita pulang menuju keb-lama lewat jl.panjang-permata ijo-keby. Baru aja nyampe di turunan jembatan kebon jeruk, which is masih deket kedoya, udah macet, tapi emang biasanya karena selama Ramadhan di sepanjang jalan relasi banyak tukang jualan cemilan buka puasa, tapi ternyata semalem tuh engga, macet terus sampe lampu merah pos pengumben, Alhamdulillah kita naik motor jadi bisa nyelip sana sini, akhirnya buka puasa kita mampir ke tukang teh botol pinggir jalan en minum sebotol be2,-maksudnya bukan biar keliatan mesra, tapi niatnya cuma buat ngebatalin aja, bentar lagi cuma nyampe rumah-, udah gitu, tebotnya yang bisanya harganya 2rb jadi 3rb, hiks, hukum ekonomi kali ya, banyak permintaan harga juga naik. Tapi emang, sepanjang jalan (bukan kenangan) warung2 tebot dipenuhin orang yang pada buka, motor2 berjejel ditrotoar, saya sempet bilang sama si A'a, seneng juga yah masih banyak orang yang puasa, Alhamdulillah.
Nah, kembali ke macet, ternyata kemacetan berlanjut terus sampe lampu merah RS Medika Permata Hijau, saya pikir apa karena traffic lightnya mati ato ada kecelakan ato apa gitu, karena emang parah banget, sampe motor2 aja ga bisa b'gerak! Pas di lampu merah, si A'a belok kiri, critanya mo puter balik depan RSMPH trus belok kiri lagi, ternyata biangnya macet tuh disini! Kendaraan dari arah palmerah menuju keby yang harusnya berenti karena lampu merah ternyata jalan terus dan ini tentu aja ngalangin kendaraan dari arah jl. panjang ke permata ijo! begitu juga arah p. ijo-jl.panjang, Astagfirullah....Sadar ga sih mereka bahwa ulah mereka ini bikin susah semua orang! Gemes deh, apa karena laper trus jadi buas gini?
Berhasil ngelewatin lampu merah ini, saya lanjut dan Alhamdulillah lancar karena semua ketahan di situ. Ternyata di lampu merah depan ITC p.ijo kejadian sama! Kendaraan2 dari semua arah ga ada yang meduliin traffic light yang nyata2 nyala! asli semrawut banget di perempatan situ, saya ga liat ada polisi juga di tiap perempatan yang saya lewatin, mungkin lagi pada buka puasa juga kali. Akhirnya asa beberapa orang yang turun dari kendaraannya dan ikut ngatur traffic.
Macet yang ini yang paling parah karena mulai dari perempatan itc sampe keby dan arah sebaliknya macet panjaaaaaaaaaang!!!! Sekali lagi Alhamdulillah kita bisa nyelap nyelip diantara mobil2, saya sempet mikir, mereka dah pada buka belom ya, karena saya liat ga ada asongan yang jual minum gitu,jadi kepikir mo buka stand, hehehe....
Pelajaran yang bisa diambil:
1. Selalu sediain minuman en cemilan di mobil ya
2. di Jakarta emang enak naik motor kalo weekdays, pas jalan2 ma anak di weekend baru naik mobil (kaya saya, hehehe...)
Penting ga sih pelajarannya?
Label:
Renungan
Langganan:
Postingan (Atom)